Baru-baru ini, banyak pengguna Taiwan menemukan bahwa LINE mereka mengalami keanehan: akun kontak diblokir, grup obrolan menghilang, bahkan nama kontak berubah menjadi "tidak diketahui". Ini bukan kesalahan sistem atau serangan malware, melainkan sebuah tindakan besar-besaran melawan penipuan yang dilakukan oleh Biro Kriminal Taiwan bekerja sama dengan pihak resmi LINE.
Menurut laporan, Biro Kriminal telah mengambil langkah-langkah pengawasan terhadap sekitar 73.000 akun LINE yang diduga terlibat dalam penipuan. Hingga saat ini, lebih dari 50.000 akun telah dinonaktifkan, dan sisa akun akan diblokir sebelum awal Juli.
Polisi mengungkapkan metode umum yang digunakan oleh penipu: mereka akan mengajukan beberapa nomor telepon secara bersamaan untuk mendaftar akun LINE. Setelah mendaftar, mereka akan mengganti nomor dan mengajukan akun baru, menggunakan akun-akun ini untuk membangun grup investasi dan menipu pengguna.
Kepala Pusat Pengendalian Kejahatan Teknologi Biro Kriminal, Lin Jianlong, menjelaskan proses tindakan kali ini. Mereka pertama-tama memulai dengan grup penipuan yang dilaporkan, mengirim orang untuk menyusup ke grup terkait untuk menyaring akun yang mencurigakan. Selanjutnya, LINE resmi memberikan informasi terkait, melakukan perbandingan dan verifikasi melalui nomor ponsel yang terikat.
Aksi bersama kali ini menunjukkan model baru kolaborasi antara perusahaan teknologi dan lembaga penegak hukum dalam memerangi kejahatan siber. Ini tidak hanya dapat secara efektif menekan aktivitas penipuan, tetapi juga dapat meningkatkan kesadaran pengguna tentang keamanan siber. Namun, ini juga memicu beberapa diskusi tentang privasi pengguna dan kebebasan berkomunikasi.
Menghadapi metode penipuan online yang semakin kompleks, pengguna perlu meningkatkan kewaspadaan dan bersikap hati-hati terhadap informasi yang datang dari orang asing atau grup yang mencurigakan. Sementara itu, pihak berwenang juga harus terus menyempurnakan mekanisme pencegahan penipuan, mencari keseimbangan antara melindungi keamanan pengguna dan menjaga kebebasan komunikasi.
Seiring dengan peran yang semakin penting dari platform komunikasi digital dalam kehidupan sehari-hari kita, langkah-langkah keamanan serupa mungkin menjadi norma. Pengguna harus secara aktif memahami kebijakan keamanan platform dan belajar mengenali potensi risiko penipuan, bersama-sama menjaga lingkungan komunikasi digital yang lebih aman.
Lihat Asli
Konten ini hanya untuk referensi, bukan ajakan atau tawaran. Tidak ada nasihat investasi, pajak, atau hukum yang diberikan. Lihat Penafian untuk pengungkapan risiko lebih lanjut.
17 Suka
Hadiah
17
5
Bagikan
Komentar
0/400
OnChainDetective
· 12jam yang lalu
Data on-chain sudah lama dapat dilacak... Menurut analisis saya, 7.3w adalah data yang dipalsukan, sedangkan data sebenarnya setidaknya 20w+
Baru-baru ini, banyak pengguna Taiwan menemukan bahwa LINE mereka mengalami keanehan: akun kontak diblokir, grup obrolan menghilang, bahkan nama kontak berubah menjadi "tidak diketahui". Ini bukan kesalahan sistem atau serangan malware, melainkan sebuah tindakan besar-besaran melawan penipuan yang dilakukan oleh Biro Kriminal Taiwan bekerja sama dengan pihak resmi LINE.
Menurut laporan, Biro Kriminal telah mengambil langkah-langkah pengawasan terhadap sekitar 73.000 akun LINE yang diduga terlibat dalam penipuan. Hingga saat ini, lebih dari 50.000 akun telah dinonaktifkan, dan sisa akun akan diblokir sebelum awal Juli.
Polisi mengungkapkan metode umum yang digunakan oleh penipu: mereka akan mengajukan beberapa nomor telepon secara bersamaan untuk mendaftar akun LINE. Setelah mendaftar, mereka akan mengganti nomor dan mengajukan akun baru, menggunakan akun-akun ini untuk membangun grup investasi dan menipu pengguna.
Kepala Pusat Pengendalian Kejahatan Teknologi Biro Kriminal, Lin Jianlong, menjelaskan proses tindakan kali ini. Mereka pertama-tama memulai dengan grup penipuan yang dilaporkan, mengirim orang untuk menyusup ke grup terkait untuk menyaring akun yang mencurigakan. Selanjutnya, LINE resmi memberikan informasi terkait, melakukan perbandingan dan verifikasi melalui nomor ponsel yang terikat.
Aksi bersama kali ini menunjukkan model baru kolaborasi antara perusahaan teknologi dan lembaga penegak hukum dalam memerangi kejahatan siber. Ini tidak hanya dapat secara efektif menekan aktivitas penipuan, tetapi juga dapat meningkatkan kesadaran pengguna tentang keamanan siber. Namun, ini juga memicu beberapa diskusi tentang privasi pengguna dan kebebasan berkomunikasi.
Menghadapi metode penipuan online yang semakin kompleks, pengguna perlu meningkatkan kewaspadaan dan bersikap hati-hati terhadap informasi yang datang dari orang asing atau grup yang mencurigakan. Sementara itu, pihak berwenang juga harus terus menyempurnakan mekanisme pencegahan penipuan, mencari keseimbangan antara melindungi keamanan pengguna dan menjaga kebebasan komunikasi.
Seiring dengan peran yang semakin penting dari platform komunikasi digital dalam kehidupan sehari-hari kita, langkah-langkah keamanan serupa mungkin menjadi norma. Pengguna harus secara aktif memahami kebijakan keamanan platform dan belajar mengenali potensi risiko penipuan, bersama-sama menjaga lingkungan komunikasi digital yang lebih aman.